Adakalanya kita merasakan rindu yang amat sangat, apalagi pada seseorang. Entah itu kekuatan apa dan darimana. Seringkali hati kita merasa sesak tiba-tiba saat kita berjumpa dengan orang yang kita rindu itu. Bahkan, hanya sekedar mendengar namanya atau melihat sosoknya?
Ada sebuah kisah yang ingin saya bagikan buat kalian, kawan...
Suatu hari di sebuah agenda pelatihan keorganisasian... Hari itu menjadi tidak biasa bagi saya. Acara demi acara terlewati, tibalah waktu ishoma (istirahat, sholat, makan-red). Semua peserta beranjak menghadap Tuhan-nya, kecuali saya.
“Mbak Dey nggak sholat?”, tanya salah satu teman
“ Lagi nggak boleh sholat... hehe.”, jawab saya penuh senyum kemenangan (maksudnya?)
“Oh, kalo begitu aku ikut gabung sama mbak Dey saja,”
Lho? Ternyata dia juga lagi halangan. Ya sudahlah, akhirnya kami ngobrol-ngobrol di teras basecamp putri yang kebetulan menghadap masjid. Ketika kami sedang asyik ngobrol, tiba-tiba dada ini merasa sesak luar biasa. Saya melihat seseorang yang tidak asing melintas di halaman masjid. Tapi, benarkah dia? Mata saya terus mengikuti kemana sosok itu berjalan. Saya masih hafal betul bagaimana caranya berjalan, dan caranya menundukkan kepalanya... Sosok itu, benarkah?
Hati ini rasanya tersengat bukan main. Dampaknya, tubuh saya lemas, gemetar, dan kedua tangan saya mengeluarkan keringat dingin. Apalagi setelah saya menyadari betul, kalau sosok itu benar-benar orang yang selama ini saya rindu. Dan mungkin, dia pun menyadari keberadaan saya. Tanpa berpikir panjang, saya langsung beranjak dari tempat itu. Masuk ke dalam ruangan, bersembunyi dari sosok itu. Sisa-sisa gemetar pun masih saya rasakan...
Rindu yang amat sangat, akan tetapi rindu yang dilarang oleh agama. Ya, selama ini saya telah merindukan seseorang yang ‘belum’ halal bagi saya. Kadang keluhan-keluhan itu pun berdatangan. Di saat saya telah bertekad untuk melupakan, menghapus lembaran demi lembaran kenangan di masa lalu, justru sosok itu datang sebagai ujian berat bagi saya. Saya menyadari, bahwa... sudah lama sekali saya terjebak dalam kubangan “maksiat” yang telah menodai hati ini. Astaghfirullahal’adzim... Mulai detik itu juga, saya benar-benar memantapkan azzam untuk tidak memendam rasa dalam hati dan tidak menempatkan ‘nama’ seseorang yang belum halal bagi saya!
Cerita di atas nyata, kawan... mungkin kalian juga pernah mengalaminya. Segara sadari dan waspadai terhadap perasaan ‘rindu’ itu, karena keterlambatan menyadari perasaan itu mungkin akan berdampak pada hati yang sedikit demi sedikit suram oleh noda ‘maksiat’.
Biarlah rasa rindu itu berakhir pada muara yang sebenarnya. Tanpa menggantikan singgasana rindu dan cinta kita pada Allah, Dzat Yang Maha Menguasai hati...
Akhirnya aku segera tersadar
Hanya pada Allah lah tempat aku bersandar
Yang akan menguatkan hatiku yang terkapar
InsyaAllah azzamku akan terwujud lancar
(Suara Persaudaraan: Hasrat Hatiku)
Edited; 23 Januari 2012
(dey, Kamar Cinta nomor 3)
![]() |
Hanya pada Allah lah tempat aku bersandar
Yang akan menguatkan hatiku yang terkapar
InsyaAllah azzamku akan terwujud lancar
(Suara Persaudaraan: Hasrat Hatiku)
Edited; 23 Januari 2012
(dey, Kamar Cinta nomor 3)
cieee, siapa tuhh
BalasHapusMm... rahasia. Sudah "hilang" kok mas.
Hapus:)
ehem,,,,, :)
BalasHapuskok ehem, mba?
BalasHapus:(